Trauma Akibat Bullying, 1.200 Anak di Kabupaten Demak Tidak Sekolah

DEMAK, Lingkarjateng.id – Sebanyak 1.200 anak di Kabupaten Demak terdata tidak sekolah pada tahun 2022. Jumlah mayoritas anak tidak sekolah tersebut merupakan anak usia sekolah dasar (SD).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Demak, Haris Wahyudi Ridwan, mengungkapkan bahwa rata-rata anak usia SD yang enggan sekolah itu lantaran mengalami peristiwa traumatis di lingkungan sekolah.

“Anak tidak sekolah berdasarkan data terakhir yang kami terima pada tahun 2022 ada sekitar 1.200 di seluruh Kabupaten Demak. Kalau yang terbanyak di usia SD, penyebabnya ada beberapa yang menyampaikan karena traumatis atau dinakali temannya. Kalau sudah kayak gitu ‘kan harus ada konseling pemberian semangat atau yang lainnya,” ungkapnya.

Faktor lain yang menjadi alasan banyaknya anak tidak sekolah yakni faktor ekonomi, traumatis, bullying dan sebagainya. Haris mengaku sudah melakukan beberapa upaya untuk menangani hal tersebut.

“Dari yang tidak sekolah itu bisa jadi karena memang faktor ekonomi, kalau faktor ekonomi kita bantu lewat bantuan rutin dari pemerintah. Kalau misalnya karena traumatis maka diklarifikasi, akan kita adakan konseling. Kalau tidak bisa menanganinya, kita akan minta bantuan Dinsos P2PA,” ujarnya.

Sementara, jika ada anak yang tidak sekolah karena bullying atau yang lainnya, pihak Disdik juga akan melakukan klarifikasi. Masing-masing desa akan disediakan admin untuk mencari tahu alasan anak tersebut tidak sekolah.

“Kalau memang tidak sekolah karena alasan waktu bisa lewat pendidikan non formal, seperti paket misalnya atau PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) di situ ada pertemuan yang intinya mengajak mereka agar sekolah kembali non formal. Itu yang kita lakukan sementara ini. Atau bisa jadi dia di pondok yang tidak ada sekolah formal, itu juga jadi hitungan kita karena tidak masuk dalam PKBM ataupun ke pendidikan formal,” terangnya.

Haris berharap, beberapa upaya yang dilakukan itu dapat menurunkan angka anak tidak sekolah di Kabupaten Demak.

“Salah satu upayanya kita ada terobosan-terobosan yang bisa menguatkan. Selain dari beasiswa, nanti mungkin dengan gerakan orang tua asuh atau yang lainnya agar bisa membuat anak yang tidak sekolah menjadi masuk sekolah. Memang jumlahnya diharapkan bisa menurun dengan adanya pola beasiswa ataupun memberikan penjelasan kepada masyarakat yang ada di lingkungan. Mungkin bisa dibantu sama tetangga-tetangga yang kaitannya dengan tidak sekolah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)